Medicalnews – Metode diet intermittent fasting (IF) kini banyak dilakukan orang untuk menurunkan berat badan. Pola makan ini mengatur waktu makan dan puasa secara bergantian. Biasanya, durasi puasa dalam diet IF berlangsung antara 14, 16, hingga 20 jam.
Namun, dokter mengingatkan bahwa diet ini tidak boleh dilakukan sembarangan. Banyak orang justru menjalani IF terlalu ketat hingga mengganggu metabolisme tubuh. Akibatnya, tubuh mudah lemas, emosi meningkat, dan proses pembakaran energi terganggu.
“Baca Juga: Manfaat Angkat Beban untuk Kesehatan Perempuan Menopause“
Dokter Anjurkan Puasa 14–16 Jam Saja
Dokter spesialis gizi klinik subspesialis nutrisi dr. Ida Gunawan, MS, Sp.G.K., Subsp.K.M., FINEM menjelaskan bahwa durasi puasa yang aman berkisar antara 14 hingga 16 jam.
“Intermittent fasting sebaiknya 14–16 jam saja. Kalau sampai 20 jam, biasanya orang bisa emosi tingkat dewa,” kata dr. Ida saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan.
Ia menambahkan, puasa 14–16 jam memberikan manfaat maksimal bagi tubuh. Pada durasi itu, tubuh memicu proses apoptosis, yaitu pembersihan sel rusak, dan menurunkan peradangan secara alami. Proses ini membantu menjaga keseimbangan sistem tubuh agar tetap sehat dan bugar.
Puasa Terlalu Lama Bisa Ganggu Metabolisme
Puasa yang terlalu lama dapat menurunkan energi sel dan membuat tubuh stres. Kondisi ini bisa memperlambat metabolisme dan menurunkan daya tahan tubuh. Karena itu, dr. Ida menyarankan agar masyarakat tidak memaksakan diri berpuasa hingga lebih dari 16 jam.
Tubuh tetap membutuhkan energi untuk beraktivitas normal. Jika waktu puasa terlalu panjang, hormon stres meningkat dan tubuh mulai menyimpan lemak sebagai bentuk pertahanan. Akibatnya, berat badan justru sulit turun.
Atur Pola Makan Setelah Waktu Puasa
Selain memperhatikan lama waktu puasa, pola makan saat jendela makan juga sangat penting. dr. Ida menyarankan agar seseorang tetap makan dengan jadwal yang teratur, yaitu setiap tiga jam sekali setelah waktu berbuka.
“Sesudah jendela buka bukan berarti boleh makan sesuka hati. Makan tetap harus mengikuti waktu,” jelasnya.
Sebagai contoh, jika seseorang mulai berbuka pukul 9 pagi, maka jadwal makan yang ideal adalah sarapan pada jam tersebut. Lalu makan siang pukul 12 siang, camilan sore pukul 3, dan makan malam sekitar pukul 6 hingga 7 malam. Dengan jadwal ini, tubuh bisa mencerna makanan dengan baik dan tetap menjaga kestabilan metabolisme.
Pilih Asupan Bergizi Selama Jendela Makan
Pola makan yang benar juga harus diimbangi dengan pemilihan makanan bergizi. dr. Ida menyarankan agar seseorang mengonsumsi makanan tinggi protein, serat, dan lemak sehat saat jendela makan. Makanan seperti sayuran, ikan, telur, dan kacang-kacangan sangat membantu tubuh tetap bertenaga.
Selain itu, minum air putih dalam jumlah cukup sangat penting agar tubuh tidak dehidrasi selama periode puasa. Hindari minuman manis atau berkafein berlebihan yang bisa mengganggu keseimbangan cairan tubuh.
Diet IF yang Benar Bantu Turunkan Berat Badan dan Jaga Imunitas
Dengan menerapkan waktu puasa yang tepat dan pola makan teratur, diet intermittent fasting dapat memberikan banyak manfaat. Tubuh menjadi lebih ringan, kadar gula darah lebih stabil, dan daya tahan tubuh meningkat.
Selain itu, diet ini juga membantu membersihkan sel-sel yang rusak dan memperbaiki sistem imun. Jika dilakukan dengan cara yang benar, manfaat IF bukan hanya untuk penampilan, tetapi juga untuk kesehatan jangka panjang.
dr. Ida menegaskan bahwa kunci keberhasilan diet ini adalah konsistensi, keseimbangan, dan disiplin waktu. Ia mengingatkan agar masyarakat tidak berlebihan dan tetap mendengarkan kondisi tubuh masing-masing.
“Baca Juga: Masalah Kesehatan Gigi: di Alami Mayoritas Warga Indonesia“
**breathe**
breathe is a plant-powered tincture crafted to promote lung performance and enhance your breathing quality.