Medicalnews – Sunat Dini Bayi dan Risiko Fimosis: Danish Danendra Putra Permana, anak ketiga Kesha Ratuliu, menjalani sunat pada usia empat bulan.
Sebagai seorang ibu, Kesha mengaku sempat khawatir karena usia Danish masih sangat kecil.
Biasanya, anak-anak menjalani sunat ketika sudah memasuki usia sekolah dasar.
Namun, pengalaman ini bisa menjadi pelajaran penting bagi Moms untuk lebih memahami kondisi yang disebut fimosis.
“Baca Juga: Cara Aman Minum Kopi untuk Penderita GERD“
Apa Itu Fimosis pada Anak
Fimosis adalah kondisi ketika kulit penis bagian luar sulit ditarik hingga menutupi kepala penis.
Pada bayi dan anak kecil, kondisi ini sering muncul sebagai bagian dari perkembangan normal.
Sebagian besar kasus akan membaik sendiri seiring bertambahnya usia anak.
Meski begitu, Moms tetap perlu tahu gejala yang normal dan gejala yang berbahaya.
Gejala Fimosis yang Perlu Dikenali
Ada beberapa tanda fimosis yang bisa Moms perhatikan.
Pertama, penis membesar seperti balon saat anak buang air kecil.
Kedua, kulit penis sulit ditarik meski anak sudah berusia tiga tahun.
Ketiga, anak mengeluh nyeri, muncul infeksi, atau sulit buang air kecil.
Terakhir, kondisi darurat medis bernama parafimosis, ketika kulit tidak bisa kembali ke posisi semula.
Fimosis Fisiologis dan Patologis
Fimosis memiliki dua kategori utama, yaitu fisiologis dan patologis.
Fimosis fisiologis normal terjadi pada hampir semua bayi sejak lahir.
Seiring waktu, kulit penis akan terlepas dengan sendirinya menjelang masa remaja.
Sebaliknya, fimosis patologis disebabkan jaringan parut atau infeksi berulang.
Jenis ini lebih sering menimbulkan masalah medis yang memerlukan perhatian khusus.
Perlukah Anak Disunat Karena Fimosis?
Jawabannya tidak selalu, karena setiap anak memiliki kondisi berbeda.
Jika fimosis ringan, orangtua cukup menjaga kebersihan area genital secara lembut dan rutin.
Pada kasus tertentu, dokter bisa memberikan krim khusus untuk membantu peregangan kulit penis.
Metode ini terbukti efektif hingga 90 persen tanpa perlu tindakan bedah besar.
Selain itu, ada prosedur bedah konservatif bernama preputioplasty yang menjadi alternatif.
Sunat atau circumcision baru direkomendasikan jika fimosis tergolong patologis dan tidak membaik dengan terapi lain.
Pentingnya Konsultasi dengan Dokter
Moms sebaiknya tidak terburu-buru mengambil keputusan.
Jika anak menunjukkan gejala nyeri, infeksi berulang, atau sulit buang air kecil, segera konsultasikan ke dokter.
Dokter akan membantu menentukan apakah observasi cukup atau perlu tindakan medis lebih lanjut.
Dengan konsultasi tepat, Moms bisa memastikan kesehatan anak tetap terjaga dengan cara yang aman.
Kesimpulan: Sunat Dini Bayi Kenali Risiko Fimosis
Fimosis pada anak tidak selalu berarti masalah serius.
Sebagian besar kasus akan membaik seiring pertumbuhan tanpa perlu tindakan khusus.
Namun, orangtua tetap harus waspada jika anak mengalami gejala yang mengganggu.
Kesehatan anak akan lebih terjaga jika Moms selalu mengamati perkembangan dan rutin berkonsultasi dengan tenaga medis.
“Baca Juga: Gas Air Mata: Cara Aman Lindungi Diri dari Paparanya“