Medicalnews – Bahaya Vaping kini menjadi tren sebagai pengganti rokok tradisional. Banyak orang menganggapnya lebih aman, namun faktanya tidak demikian.
Menurut Cleveland Clinic dan Canada.ca, penggunaan vape bisa memicu berbagai masalah serius pada paru, jantung, hingga otak.
“Baca Juga: Sunat Dini Bayi dan Risiko Fimosis yang Perlu Moms Tahu“
Gangguan Serius pada Paru-Paru
Vape menghasilkan aerosol yang masuk ke saluran pernapasan. Partikel di dalamnya mengiritasi jaringan paru dan menimbulkan batuk serta sesak napas.
Salah satu risiko berbahaya adalah popcorn lung. Kondisi ini terjadi karena zat kimia diacetyl yang terdapat pada cairan perasa vape.
Popcorn lung merusak saluran udara kecil di paru dan membuat udara sulit tersaring. Kerusakan ini tidak dapat diperbaiki.
EVALI: Cedera Paru Akibat Vaping
Vaping dapat menyebabkan EVALI atau cedera paru serius. Kondisi ini menimbulkan batuk, sesak napas, dan nyeri dada yang parah.
Dalam kasus berat, EVALI menyebabkan gagal napas dan bahkan bisa memicu kematian. Dokter menegaskan bahwa kondisi ini perlu perhatian khusus.
Meski jumlah kasus belum besar, risiko meningkat bagi pengguna yang menghisap vape dalam jangka panjang.
Dampak pada Jantung dan Pembuluh Darah
Nikotin dalam cairan vape tidak hanya menyerang paru. Zat ini meningkatkan tekanan darah dan mempersempit pembuluh darah.
Akibatnya, pengguna berisiko lebih tinggi mengalami stroke dan penyakit jantung. Masalah ini menjadi ancaman serius bagi kesehatan tubuh.
Selain itu, nikotin berpengaruh buruk terhadap otak remaja. Paparan sejak muda bisa mengganggu fungsi kognitif dan perilaku.
Risiko Asma dan Infeksi Pernapasan
Penggunaan vape memperbesar peluang munculnya asma. Zat kimia pada aerosol mengiritasi saluran napas dan memperparah kondisi penderita asma.
Gejalanya termasuk batuk berulang, sesak napas, dan rasa tidak nyaman di dada. Kondisi ini menurunkan kualitas hidup penggunanya.
Vape juga merusak pertahanan alami paru. Akibatnya, infeksi saluran pernapasan lebih mudah menyerang pengguna.
Kecanduan Nikotin yang Sulit Dihentikan
Nikotin bersifat sangat adiktif. Penggunaan rutin membuat otak terbiasa dan memunculkan dorongan kuat untuk menghisap kembali.
Kecanduan ini menyebabkan perubahan permanen pada struktur otak. Pengguna merasa sulit berhenti meski sadar akan risikonya.
Bahkan, cairan yang disebut bebas nikotin sering tetap mengandung jejak nikotin. Jumlah kecil sudah cukup untuk menimbulkan ketergantungan.
Potensi Terjadinya Kanker
Vape tidak menghasilkan asap, tetapi aerosolnya membawa bahan kimia berbahaya. Beberapa zat, seperti formaldehida, bersifat karsinogenik.
Paparan zat berbahaya ini merusak sel tubuh. Dalam jangka panjang, risiko kanker meningkat meski kadarnya lebih rendah dari rokok biasa.
Kondisi ini membuktikan bahwa vaping tetap menyimpan ancaman serius bagi kesehatan jangka panjang.
Penyakit Paru-Paru Kronis
Pemakaian vape dalam waktu lama dapat merusak paru secara permanen. Saluran udara menebal dan membentuk jaringan parut.
Kerusakan tersebut membuat paru sulit menyaring udara dengan baik. Akibatnya, fungsi pernapasan menurun secara bertahap.
Seiring waktu, pengguna berisiko menderita penyakit paru-paru kronis. Penyakit ini mengganggu aktivitas sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup.
Kesimpulan
Vaping tidak bisa dianggap aman. Zat kimia dan nikotin di dalamnya membahayakan paru, jantung, otak, hingga meningkatkan risiko kanker.
Langkah terbaik adalah menghindari vape sejak dini. Gaya hidup sehat tanpa nikotin akan membantu menjaga tubuh tetap kuat.
“Baca Juga: Makanan Sehat untuk Mata: Ikan, Paprika, hingga Ubi Jalar“