Medicalnews – Kasus pelecehan oleh dokter kandungan di Garut memicu pertanyaan publik soal profesi SpOG. Banyak netizen mempertanyakan mengapa dokter kandungan lebih banyak laki-laki, padahal profesi ini berkaitan dengan kesehatan perempuan.
“BACA JUGA : Pesona Tradisi Penjor Saat Hari Raya Galungan di Bali”
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Prof Dr dr Yudi Mulyana Hidayat, SpOG, menjelaskan kondisi tersebut. Ia menyebut jumlah dokter kandungan perempuan saat ini mulai meningkat signifikan.
“Sekarang rasio dokter kandungan perempuan dan laki-laki sekitar 2 banding 3,” ujar Prof Yudi, Senin (21/4/2025).
Ia membandingkan dengan kondisi beberapa tahun lalu saat profesi ini didominasi laki-laki. Dulu, perbandingan dokter kandungan perempuan dan laki-laki mencapai 1 banding 3.
Prof Yudi menjelaskan beberapa alasan mengapa pria masih mendominasi spesialisasi ini. Salah satunya karena dokter kandungan harus siap menghadapi tindakan bedah yang berat.
Selain itu, dokter kandungan memikul tanggung jawab besar karena harus menyelamatkan dua nyawa sekaligus, yaitu ibu dan bayi.
Pendidikan dokter spesialis obstetri dan ginekologi (PPDS) juga menuntut stamina dan mental yang kuat.
Setelah lulus, dokter kandungan harus siap bekerja siang dan malam di berbagai kondisi. Mereka juga kerap menghadapi operasi besar, seperti penanganan tumor dan kanker, yang membutuhkan waktu lama serta keterampilan tinggi.
“Faktor-faktor inilah yang membuat banyak wanita kurang berminat memilih spesialisasi ini,” jelas Prof Yudi.
Meski begitu, Prof Yudi menegaskan bahwa minat dokter perempuan terus berkembang. Ia optimistis jumlah dokter kandungan perempuan akan semakin seimbang di masa depan.
“BACA JUGA : Metode Efektif Mengobati Patah Tulang hingga Sembuh Total”
POGI juga terus mendorong peningkatan profesionalisme dan etika dalam praktik kedokteran, terutama setelah munculnya kasus pelecehan yang mencoreng profesi.