Medicalnews – Migrain pada Perempuan: Banyak perempuan mengalami migrain, yaitu sakit kepala berdenyut yang sangat mengganggu aktivitas.
Kondisi ini tidak sama seperti sakit kepala biasa karena rasa nyerinya lebih kuat dan berlangsung lebih lama.
Perempuan lebih sering mengalami migrain dibandingkan laki-laki.
Namun banyak orang masih mengabaikan migrain dan menganggapnya hanya efek stres.
Akibatnya, banyak perempuan tidak mendapatkan perawatan yang tepat untuk kondisi ini.
“Baca Juga: Kanker Payudara: Ilmuwan Temui Cara Baru Cegah Penyebaranya“
Hormon Berperan Besar dalam Migrain
Menurut American Migraine Foundation, satu dari lima perempuan pernah mengalami migrain.
Hampir dua dari tiga perempuan mengalami migrain saat menstruasi.
Perubahan kadar hormon, terutama estrogen, memicu munculnya gejala baru dan memperparah serangan.
Estrogen yang menurun di awal siklus menstruasi sering memicu serangan migrain yang lebih berat.
Serangan juga bisa memburuk setelah melahirkan atau saat menuju menopause.
Perempuan yang memakai kontrasepsi hormonal juga bisa mengalami hal serupa.
Perempuan Lebih Sensitif terhadap Pemicu Migrain
Tubuh perempuan memiliki lebih banyak reseptor nyeri di kulit.
Mereka juga memiliki ambang batas rasa sakit yang lebih rendah dibandingkan laki-laki.
Kondisi ini membuat perempuan lebih sensitif terhadap pemicu migrain seperti cahaya terang, stres, kurang tidur, dan jenis makanan tertentu.
Penelitian Kurang Melibatkan Perempuan
Meskipun perempuan lebih sering mengalami migrain, mereka jarang menjadi fokus dalam penelitian medis.
Sebuah studi pada 2016 di jurnal The Lancet Neurology menyebut migrain perempuan lebih parah dan sering.
Namun, banyak peneliti masih menjadikan laki-laki sebagai standar uji coba.
Akibatnya, banyak obat dan terapi tidak cocok untuk perempuan.
Obat yang dikembangkan tidak mempertimbangkan perubahan hormon atau kondisi tubuh perempuan.
Perempuan Sering Salah Diagnosa
Banyak perempuan sudah menyampaikan keluhan migrain kepada dokter.
Namun, mereka sering mendapat tanggapan bahwa itu hanya gejala stres.
Beberapa dokter malah memberikan obat penenang atau antidepresan, bukan obat migrain.
Historisnya, dunia medis banyak mengecualikan perempuan dari uji klinis, terutama yang berkaitan dengan hormon dan nyeri kepala.
Hal ini membuat banyak perempuan terlambat mendapat pengobatan yang sesuai.
Migrain pada Perempuan: Perbedaan Migrain pada Laki-Laki
Pada laki-laki, migrain biasanya muncul saat usia 20-an.
Frekuensi dan intensitas migrain cenderung menurun setelah itu.
Namun, gejalanya bisa muncul kembali di usia 50-an sebelum akhirnya mereda.
Para ahli belum mengetahui penyebab pasti pola ini.
Namun, faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup sangat mungkin berperan dalam perbedaan tersebut.
“Baca Juga: Waktu Terbaik Lari untuk Kesehatan: Pagi, Sore, atau Malam?“