Medicalnews – Diet berdasarkan golongan darah telah lama menarik minat banyak orang.
Banyak orang percaya diet ini mampu meningkatkan energi dan menurunkan berat badan.
Sebagian orang juga menganggap diet ini mampu mencegah penyakit kronis.
Namun, klaim tersebut tidak mendapat dukungan bukti ilmiah yang kuat.
Para ahli kesehatan justru menilai konsep ini bermasalah sejak awal.
Sistem tubuh manusia tidak bekerja berdasarkan golongan darah.
Oleh karena itu, para pakar meminta masyarakat bersikap lebih kritis.
“Baca Juga: Kanker Payudara pada Pria, Kenali Gejala Awalnya“
Asal-Usul Diet Golongan Darah dan Klaim Utamanya
Diet ini muncul pada akhir 1990-an dan langsung populer secara global.
Konsep ini menawarkan panduan makan yang terlihat personal dan sederhana.
Sebagai contoh, diet golongan darah O menganjurkan konsumsi protein hewani tinggi.
Sementara itu, diet golongan darah A menyarankan pola makan berbasis nabati.
Pendukung diet ini mengklaim tubuh merespons makanan sesuai golongan darah.
Namun, para ilmuwan menilai klaim tersebut tidak memiliki dasar biologis yang kuat.
Akibatnya, banyak ahli menyebut diet ini hanya asumsi yang terdengar logis.
ACSH Menegaskan Tidak Ada Bukti Ilmiah
American Council on Science and Health atau ACSH menolak klaim diet ini.
ACSH menyatakan tidak ada bukti ilmiah yang menghubungkan golongan darah dan pencernaan.
Menurut ACSH, sistem pencernaan manusia bekerja dengan cara yang sama.
Golongan darah tidak mengatur cara tubuh mencerna atau menyerap nutrisi.
ACSH juga menyoroti kesalahan asumsi biologis dalam konsep diet ini.
Oleh karena itu, para ahli menganggap diet golongan darah tidak valid secara sains.
Beberapa penelitian memang menunjukkan manfaat kesehatan.
Namun, manfaat tersebut berasal dari pola makan sehat secara umum.
ACSH menegaskan manfaat tersebut tidak berasal dari kecocokan golongan darah.
Efek Positif Berasal dari Pola Makan Sehat
ACSH menjelaskan perubahan pola makan sering meningkatkan kesehatan.
Seseorang biasanya mengurangi makanan olahan saat menjalani diet tertentu.
Selain itu, seseorang juga meningkatkan konsumsi sayur dan buah.
Perubahan ini memperbaiki kesehatan secara keseluruhan.
“Jika seseorang merasa lebih sehat, penyebabnya pola makan seimbang,” tulis ACSH.
ACSH menegaskan golongan darah tidak memengaruhi hasil tersebut.
Dengan demikian, efek positif diet ini sering disalahartikan.
Risiko Kesehatan dari Diet Terlalu Membatasi
ACSH juga mengingatkan potensi bahaya dari diet golongan darah.
Diet ini sering membatasi kelompok makanan penting.
Pembatasan ekstrem dapat menyebabkan kekurangan nutrisi.
Risiko ini meningkat tanpa pendampingan tenaga kesehatan.
Setiap individu memiliki kebutuhan gizi yang berbeda.
Faktor usia, aktivitas, dan kondisi kesehatan sangat memengaruhi kebutuhan tersebut.
Karena itu, satu pola makan tidak cocok untuk semua orang.
Pendekatan Sehat yang Didukung Ilmu Pengetahuan
Dalam dunia medis, golongan darah memiliki fungsi terbatas.
Dokter menggunakan golongan darah untuk transfusi dan kehamilan.
Para pakar menganjurkan pendekatan berbasis bukti ilmiah.
Pendekatan ini mencakup pola makan seimbang dan aktivitas fisik rutin.
Selain itu, tidur cukup dan pengelolaan stres juga berperan penting.
Kombinasi ini terbukti mendukung kesehatan jangka panjang.
Diet Golongan Darah Lebih Tepat Disebut Mitos
Pada akhirnya, diet golongan darah tidak memiliki dasar ilmiah kuat.
Para ahli menganggapnya sebagai mitos kesehatan populer.
Masyarakat perlu memilih pola hidup sehat berbasis sains.
Pendekatan ilmiah memberikan hasil yang lebih aman dan berkelanjutan.
Dengan demikian, klaim menarik tidak selalu mencerminkan kebenaran kesehatan.
“Baca Juga: 5 Latihan Bakar Kalori Lebih Efektif dari Lari Biasa“
